Dalam sejarah ilmu falak dan astronomi Islam, ada satu instrumen sederhana namun sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Arab - mizwala, sebuah jam bayangan tradisional yang memanfaatkan sinar Matahari. Walaupun bentuknya tampak sangat sederhana, mizwala menyimpan kecerdasan peradaban yang menjadikan Matahari sebagai penentu waktu, arah, hingga sistem penanggalan. Bagi dunia Arab, mizwala bukan sekadar alat, melainkan warisan ilmu pengetahuan yang hidup dan terus memberikan inspirasi bagi instrumen modern seperti sundial dan kompas kiblat.
![]() |
| Salah satu bentuk mizwala. Sumber gambar: almasryalyoum.com |
Artikel ini akan menguraikan sejarah, konsep kerja, jenis-jenis mizwala, fungsinya dalam kehidupan masyarakat Arab, hingga perannya dalam perkembangan ilmu falak klasik. Disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan akurat untuk pembaca umum maupun akademisi.
Asal-usul Mizwala dalam Tradisi Arab-Islam
Mizwala (مِيزْوَلَة) berasal dari akar kata z-w-l yang berarti berganti posisi, geser, atau condong - mengacu pada perubahan posisi bayangan Matahari sepanjang hari. Istilah ini sudah digunakan dalam literatur Arab sejak abad pertengahan dan sering muncul dalam kitab-kitab falak seperti karya Al-Battani, Al-Biruni, hingga Ibn al-Shatir.Mizwala berkembang sebagai instrumen penting bagi masyarakat Muslim karena penentuan waktu salat sangat bergantung pada posisi bayangan Matahari. Selain itu, masyarakat Arab pada masa awal tidak bergantung pada jam mekanis. Dengan kondisi geografis padang pasir yang menawarkan sinar matahari sepanjang hari, mizwala menjadi teknologi praktis yang sederhana namun sangat fungsional.
Seiring berjalannya waktu, mizwala bukan hanya dipakai di dunia Arab, tetapi juga tersebar hingga Persia, India, Afrika Utara, Andalusia, dan bahkan diserap oleh tradisi astronomi Eropa.
Prinsip Kerja Mizwala
Secara umum, mizwala bekerja berdasarkan pergerakan bayangan yang muncul dari sebuah tiang atau tongkat kecil yang disebut gnomon (miqyās al-zill). Matahari bergerak dari timur ke barat, dan gnomon akan menghasilkan bayangan yang memanjang, memendek, lalu memanjang kembali sepanjang hari.Ada dua konsep penting dalam cara kerja mizwala:
1. Bayangan Utama (Zill A’ẓam)
Merupakan bayangan yang muncul ketika Matahari berada pada ketinggian maksimalnya (true noon). Inilah momen puncak ketika bayangan paling pendek.2. Bayangan Tambahan (Zill Faḍlī)
Bayangan yang terbentuk setelah melewati puncak waktu Zuhur. Bayangan inilah yang menjadi dasar penentuan waktu Asar dalam fikih.Dengan mencatat perubahan posisi bayangan, mizwala mampu:
- menentukan waktu Zuhur,
- menentukan waktu Asar (berdasarkan panjang bayangan tambahan),
- menandai awal-subuh dan maghrib secara tidak langsung,
- menunjukkan arah kiblat melalui perbandingan bayangan,
- menghasilkan data astronomi sederhana seperti lintang tempat.
Macam-Macam Mizwala
Dalam literatur falak Arab-Islam, mizwala memiliki beberapa versi dan variasi sesuai kebutuhan geografis, astronomi, atau keperluan syariat.1. Mizwala Horizontal
Jenis paling umum. Berbentuk bidang datar dengan skala melingkar atau garis radial. Gnomon ditancapkan tegak lurus ke permukaan.2. Mizwala Vertikal
Dipasang pada dinding masjid, madrasah, atau rumah. Menggunakan gnomon horizontal yang bayangannya jatuh pada dinding. Banyak dipakai di kota-kota seperti Kairo dan Damaskus.3. Mizwala Equinoctial
Jenis yang jarang, di mana gnomon dan permukaan diatur pada sudut khusus agar perubahan bayangan mengikuti prinsip ekuator langit.4. Mizwala Portabel
Biasanya berbentuk lempeng logam kecil yang mudah dibawa. Digunakan musafir untuk menentukan waktu salat ketika bepergian.Setiap jenis memiliki fungsi dan tingkat akurasi berbeda, namun semuanya mengikuti prinsip dasar astronomi Matahari.
Fungsi Mizwala dalam Kehidupan Dunia Arab
1. Menentukan Waktu Salat
Inilah fungsi paling vital. Masyarakat Arab menggunakan mizwala untuk mengetahui:- masuk Zuhur (bayangan paling pendek, lalu mulai bertambah),
- masuk Asar (bayangan tambahan sama panjang atau dua kali panjang tubuh),
- indikasi awal Magrib (bayangan turun dan Matahari hampir tenggelam).
2. Menentukan Arah Kiblat
Mizwala dapat dipadukan dengan metode bayangan matahari (misalnya metode Istiwa’ Kuliy) untuk menentukan arah kiblat yang akurat.3. Menentukan Lintang Tempat
Dengan mengukur panjang bayangan saat Matahari berada di titik kulminasi, mizwala dapat memberikan estimasi lintang (latitude) suatu wilayah.4. Penanggalan dan Studi Astronomi
Para ilmuwan seperti Al-Biruni dan Al-Khwarizmi memakai mizwala untuk:- mengamati perubahan musim,
- menghitung waktu siang-malam,
- meneliti deklinasi Matahari,
- membuat tabel astronomi (zij).
5. Fungsi Arsitektur Masjid
Banyak masjid besar di dunia Arab - misalnya Masjid Umayyah di Damaskus - memiliki mizwala permanen untuk referensi harian.Cara Membaca dan Menggunakan Mizwala
Walaupun tampak sederhana, menggunakan mizwala membutuhkan ketelitian:1. Penempatan di Lokasi Terbuka
Mizwala harus diletakkan di tempat yang menerima sinar Matahari penuh tanpa halangan.2. Orientasi Akurat ke Arah Utara-Selatan
Kesalahan orientasi beberapa derajat saja dapat memengaruhi hasil.3. Menyesuaikan Panjang Gnomon
Semakin panjang gnomon, semakin mudah melihat perubahan bayangan. Namun, panjang berlebihan akan mengurangi akurasi.4. Membaca Panjang Bayangan pada Waktu Tertentu
Catat panjang bayangan saat Zuhur untuk mengetahui bayangan utama. Gunakan tabel deklinasi untuk menghitung data astronomi lainnya.5. Menggunakan Skala atau Garis Panduan
Mizwala sering memiliki garis radial yang menunjukkan jam perkiraan berdasarkan arah bayangan.Peran Mizwala dalam Tradisi Ilmu Falak
Mizwala menjadi simbol penting dalam tradisi astronomi Islam karena:- Ia merupakan representasi langsung dari hubungan antara Matahari dan waktu.
- Menjadi alat referensi dalam fikih, khususnya bab shalat.
- Digunakan dalam pendidikan falak tradisional di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Nusantara.
- Menjadi dasar banyak inovasi instrumen kemudian seperti rubu’ mujayyab, sundial istiwa’aini, hingga jam mekanik masjid.
Mizwala adalah bukti bagaimana peradaban Arab-Islam memanfaatkan fenomena alam untuk menciptakan alat yang sangat praktis sekaligus ilmiah. Dengan hanya memanfaatkan bayangan Matahari, masyarakat Arab mampu menentukan waktu ibadah, arah kiblat, hingga parameter astronomi tempat.
Di era saat jam digital ada di setiap saku, mizwala mengingatkan kita bahwa teknologi besar sering bermula dari pengamatan sederhana yang jenius. Ia tetap menjadi warisan berharga dalam ilmu falak, arsitektur masjid, dan sejarah astronomi klasik.


Comments0
Mari bangun diskusi bersama.